Dalam ilmu logam, jenis-jenis logam
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
- Logam berat (besi, nikel, khrom, tembaga, timah hitam, timah putih, timah, dan seng).
- Logam ringan (alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium).
- Logam mulia (emas, perak, dan platina).
- Logantahan api (wolfram, titanium, sirkonium, dan molibden).
Sedangkan jenis logam berdasarkan
bahan dasar yang membentuknya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
- Logam besi (ferrous) yaitu suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon dengan besi. Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu besi tuang, besi tempa, baja lunak, baja karbon sedang, baja karbon tinggi, serta baja karbon tinggi dan campuran.
- Logam bukan besi (non ferrous) yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi (Fe). Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu tembaga (Cu), alumunium (Al), timbel (Pb), dan timah (Sn).
Proses pengujian logam adalah proses
pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui sifat dan karakteristiknya yang
meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan komposisi unsur-unsur
yang terdapat di dalamnya. Proses pengujian logam dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok metoda pengujian, yaitu :
- Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang bisa menimbulkan kerusakan logam yang di uji.
- Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak bisa menimbulkan kerusakan logam atau benda yang di uji.
- Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi kimianya, unsur-unsur yang terdapat didalamnya, dan bentuk strukturnya.
Uji Kekerasan Rockwell
Uji kekerasan rockwell ini
juga didasarkan kepada penekanan sebuah indentor dengan
suatu gaya tekan tertentu kepermukaan yang rata dan bersih dari suatu logam
yang diuji kekerasannya. Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor maka
yang dijadikan dasar perhitungan nilai kekerasan rockwell bukanlah
hasil pengukuran diameter ataupun diagonal bekas lekukan tetapi justru
“dalamnya bekas lekukan yang terjadi itu”. Inilah kelainan cara rockwell dibandingkan
dengan cara pengujian kekerasan lainnya.
Pengujian rockwell yang
umumnya biasa dipakai ada ke jenis yaitu HRA, HRB,dan HRC.
HR itu sendiri merupakan suatu singkatan dari kekerasan rockwell atau rockwell
hardness number dan kadang-kadang disingkat dengan huruf R
saja.
Pengujian kekerasan dengan
metode rockwell ini diatur berdasarkan standar DIN 50103.
Tingkat skala kekerasan menurut metode rockwell adalah
berdasarkan pada jenis indentor yang digunakan pada
masing-masing skala. Dalam metode rockwell ini terdapat dua
macam indentor yang ukurannya bervariasi, kedua jenis indentor itu
adalah :
a. Kerucut intan dengan besar
sudut 1200, dikenal pula dengan “Rockwell cone”.
b. Bola baja dengan berbagai
ukuran, dikenal pula dengan “Rockwell”.
Untuk cara pemakaian skala ini,
lebih dahulu ditentukan dan dipilih ketentuan angka kekerasan meksimum yang
boleh digunakan oleh skala tertentu. Jika pada skala tetentu tidak tercapai
angka kekerasan yang akurat, maka kita tentukan skala lain yang dapat
menunjukan angka kekerasan yang jelas. Sebagaimana rumus tertentu, maka
skala memiliki standar atau acuan.
Untuk mendapatkan nilai HRB harus
menggunakan sebuah indentor berupa bola baja yang disepuh
dengan ukuran Ø 1/16” dan ini digunakan untuk jenis logam yang tidak
mendapatkan perlakuan pengerasan sebelummya (sepuh) dan untuk semua jenis non-ferrous dalam
kondisi padat. Sedangkan untuk mendapatkan nilai HRc digunakan
sebuah indentor kerucut diamond yang memiliki sudut puncak 120o yang
ujungnya dibundarkan dengan jari-jari 0,2 mm dan dipakai untuk menentukan
kekerasan baja-baja yang telah dikeraskan. Kerucut diamond biasa
disebut juga ”brale”. Bahan-bahan atau perlengkapan yang dipakai untuk
pengujian kekerasan rockwell adalah sebagai berikut :
1. Mesin pengujuian
kekerasan rockwell
2. Indentor (penetrator)
berupa bola baja yang disepuh dengan ukuran Ø 1/16” dan kerucut intan dengan
besar sudut 1200
3. Mesin gerinda
4. Amplas kasar dan
halus
5. Benda uji (test
speciment)
Alat Uji Kekerasan Rockwell.
Alat yang dipergunakan untuk
melakukan uji kekerasan suatu logam yang dilakukan dengan menggunakan uji
kekerasan rockwell digunakan alat yang bernama Rockwell
Hardness Test. Berikut ini merupakan gambar beserta data dari mesin uji
kekerasan rockwell :
Nama
alat : Rockwell Hardness Test
Merk
: AFFRI Seri 206.RT-206.RTS
Loading : Maximum 150 KP dan Minimum 60
KP
Spesifikasi
: HR C Load : 150 KP
Indentor :
Kerucut Diamond 1200
HR B Load :
100 KP
Indentor
: Steel Ball Æ 1/16”
HR A Load : 60 KP
Indentor :
Kerucut Diamond 1200
Cara Penggunaan Mesin Uji
Kekerasan Rockwell
Mesin uji kekerasan rockwell (rockwell
hardness test) harus dipelajari dulu secara seksama. Mesin yang ada merupakan
mesin yang digunakan untuk uji rockwell HRA, HRB,
HRC, HRD, HRF, HRG selanjutnya
sebelum dimulai pengujian indetor harus dipasang terlebih
dahulu sesuai dengan jenis pengujian yang diperlukan baik itu indetor bola
baja maupun kerucut diamond. Setelah indetor terpasang,
letakan specimen yang akan diuji kekerasannya ditempat yang
tersedia dan menyetel beban yang akan digunakan untuk proses penekanan. Nilai
kekerasan dapat dilihat pada jarum yang terpasang pada alat ukur berupa dial
indicator pointer.
Uji Brinell
Uji brinell dilakukan
dengan penekanan sebuah bola baja yang terbuat dari baja chrom yang
telah dikeraskan dengan diameter tertentu, oleh gaya tekan secara statis
kedalam permukaan logam yang diuji harus rata dan bersih. Setelah gaya tekan
ditiadakan dan bola baja dikeluarkan dari bekas lekukan, maka diameter paling
atas dari lekukan tadi diukur secara teliti untuk kemudian dipakai untuk
penentuan kekerasan logam yang diuji dengan menggunakan rumus:
Dimana : P = Beban yang diberikan
(KP atau Kgf).
D = Diameter indentor yang
digunakan.
d = Diameter bekas lekukan.
Kekerasan ini disebut
kekerasan brinell yang biasa disingkat dengan HB atau BHN (Brinell Hardness
Number). Bertambah keras logam yang diuji bertambah tinggi nilai HB.
Bahan-bahan atau perlengkapan yang digunakan untuk uji kekerasan brinell adalah
sebagai berikut :
- Mesin uji kekerasan brinell
- Bola baja untuk brinell (brinell ball)
- Mikroskop pengukur
- Stop watch
- Mesin gerinda
- Ampelas kasar dan halus
- Benda uji (test specimen)
Mesin Percobaan Kekerasan Brinell
Mesin uji kekerasan brinell (Brinell Hardness
Test) harus dipelajari dulu dan bila perlu mencatat hal-hal yang kiranya
nanti diperlukan bagi pembuatan laporan, misalnya sebagai berikut:
- Merek, type, nomor seri, tahun pembuatan, dan kemampuan mesin secara keseluruhan.
- Bagian-bagian utama dari mesin.
- Gambar sketsa mesin secara keseluruhan.
- Cara-cara pemakaian mesin.
Bila memakai bola baja untuk
uji brinell, biasanya yang terbuat dari baja chrom yang
telah disepuh atau ada juga cementite carbide, bola brinell ini
tidak boleh berdeformasi sama sekali disaat proses penekanan kepermukaan logam
uji. Standar dari bola brinell yaitu mempunyai Ø 10 mm atau
0,3937 in, dengan penyimpangan maksimal 0,005 mm atau 0,0002 in. Selain yang
telah distandarkan seperti diatas terdapat juga bola-bola brinell dengan
diameter lebih kecil (Ø 5 mm, Ø 2,5 mm, Ø 2 mm, Ø 1,25 mm, Ø 1 mm, Ø 0,65
mm) yang juga mempunyai toleransi-toleransi tersendiri. Misalnya untuk diameter
1 s/d 3 mm adalah lebih kurang 0,0035 mm, antara 3 s/d 6 adalah 0,004 mm dan
antara 6 s/d 10 adalah 0,005 mm. Karena penggunaannya tergantung pada gaya
tekan (P) dan jenis logam yang diuji, maka praktikan harus dapat memilih
diameter bola yang paling sesuai. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
melakukan percobaan yaitu:
- Periksa dan persiapkan specimen sehingga siap untuk diuji.
- Periksa dan persiapkan mesin untuk dipakai.
- Lakukan pemeriksaan pada pembebanan, diameterbola baja yang digunakan, dan alat pengukur waktu.
- Bebaskan beban tekan dan keluarkan bola dari lekukan lalu pasang alat optis untuk melihat bekas yang kemudian diameter bekas tadi diukur secara teliti dengan mikrometer pada mikroskop. Pengukuran diameter ini untuk sebuah lekuk dilakukan dua kali secara bersilang, tegak lurus dan baru dari dua nilai diameter yang diperoleh diambil rata-ratanya untuk kemudian dimasukan kedalam rumus brinell untuk memperoleh hasil kekerasan brinell (HB).
- Lakukanlah proses pengujian sebanyak lima kali sehingga diperoleh nilai rata-rata dari uji kekerasan brinell tersebut.
- Yang perlu diperhatikan adalah jarak dari titik pusat lekukan baik dari tepi specimen maupun dari tepi lekukan lainnya harus paling kurang 2 dan 3/2 diameter lekukan.
Uji Kekerasan Vickers
Uji vickers ini
didasarkan kepada penekanan oleh suatu gaya tekan tertentu oleh sebuah indentor berupa pyramid
diamond terbalik yang memiliki sudut puncak kepermukaan logam
yang diuji kekerasannya, dimana permukaan logam yang diuji ini harus rata dan
bersih.
Setelah gaya tekan secara statis ini
kemudian ditiadakan dan pyramid diamond dikeluarkan dari bekas
yang terjadi (permukaan bekas merupakan segi empat karena piramid merupakan
piramid sama sisi), maka diagonal segi empat bekas teratas diukur secara teliti
untuk kemudian digunakan sebagi kekerasan logam yang diuji. Nilai kekerasan
yang diperoleh sedemikian itu disebut kekerasan vickers yang
biasa disingkat denga Hv atau HVN (Vicker Hardness Number). Untuk
memperoleh nilai kekerasan vickers maka hasil penekanan yang
diperoloeh dimasukkan kedalam rumus:
Bahan-bahan atau perlengkapan yang
biasa digunakan untuk uji kekerasan vickers adalah sebagai
berikut:
- Mesin percobaan kekerasan vickers
- Indentor pyramid diamond
- Mikroskop pengukur diagonal bekas
- Stop watch
- Mesin gerinda
- Ampelas kasar dan halus
- Benda uji (test specimen)
Mesin Percobaan Uji Kekerasan Vickers
Mesin percobaan kekerasan vickers (vickers hardness
test) harus dipelajari dulu. Maka dari itu hal yang penting dipelajari
adalah bagaimana menggunakan alat uji kekerasan vickers ini,
dalam hal memasang indentor pyramid diamond, meletakan specimen di
tempatnya, menyetel beban yang akan dipakai, melihat dan mengukur diagonal
persegi empat teratas dari bekas yang terjadi seteliti mungkin.
Percobaan Metallographi
Ilmu logam dibagi menjadi dua bagian
khusus, yaitu metalurgi dan metallografi. Metalurgi adalah
ilmu yang menguraikan tantang cara pemisahan logam dari ikatan unsur-unsur
lain. Atau cara pengolahan logam secara teknis untuk memperoleh jenis logam
atau logam paduan yang memenuhi kebutuhan tertentu. Sedangkan metallografi adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara pemeriksaan logam untuk mengetahui sifat,
struktur, temperatur dan prosentase campuran logam tersebut. Metallografi merupakan
suatu pengetahuan yang khusus mempelajari struktur logam dan mekanisnya. Dalam metallografi dikenal
pengujian makro (makroscope test) dan
pengujian mikro (mikroscope test).
Pengujian makro (makroscope
test) ialah proses pengujian bahan yang menggunakan mata
terbuka dengan tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam permukaan bahan.
Angka kevalidan pengujian makro berkisar antara 0,5 sampai 50
kali. Pengujian cara demikian biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang
memiliki struktur kristal yang tergolong besar atau kasar. Misalnya, logam
hasil coran (tuangan) dan bahan yang termasuk non-metal (bukan
logam).
pengujian mikro (mikroscope
test) ialah proses pengujian terhadap bahan logam yang bentuk
kristal logamnya tergolong sangat halus. Mengingat demikian halusnya, sehingga
pengujiannya menggunakan suatu alat yaitu mikroskop optis bahkan mikroskop
elektron yang memiliki kualitas pembesaran antara 50 hingga 3000 kali.
Pengujian metallografi dapat
memberikan gambar-gambar dari struktur logam yang diuji sehingga dapat diteliti
lebih lanjut mengenai hubungan struktur pembentuk logam dengan sifat-sifat
logam tersebut. Bahan-bahan dan perlengkapan untuk percobaan metallografi yaitu:
- Grinding belt
- Kertas amplas dan pemegangnya
- Metallographic polishing table
- Bejana untuk etching reagents
- Etching reagent
- Mikroskop metalurgi
- Camera
- Film
- Printing paper
- Specimen atau benda uji
Penjelasan mengenai bahan-bahan dan
perlengkapan untuk percobaan metallografi yaitu:
- Grinding belt dan kertas amplas. Grinding belt digunakan untuk penggosokkan kasar permukaan specimen yang dilanjutkan dengan kertas amplas no. 400, setelah itu penggosokkan halus dengan kertas amplas no. 600, no. 800, dan no. 1000 dan terakhir no. 1200.
- Metallographic polishing table. Metallographic polishing table yaitu sebuah mesin poles yang digunakan untuk lebih memperhalus permukaan yang telah mengalami pengosokan halus dengan berbagai macam no. amplas. Mesin ini mempunyai sebuah piringan yang mana diatasnya terdapat semacam kain beludru. Bila proses polishing dilakukan harus menggunakan obat asah (polishing abrasive) agar betul-betul diperoleh permukaan yang halus tanpa cacat.
- Bejana dan etching reagents. Bejana diperlukan untuk tempat etching reagents (echant) yang akan digunakan bagi pekerjaan ”etsa” permukaan specimen yang telah mengalami polishing. Meng-etsa (etching) dengan etching reagents (bahan etsa) dilakukan sehingga diperoleh gambaran yang nyata dari permukaan specimen, sehingga dalam keadaan siap diletakkan dibawah mikroskop.
- Mikroskop optis. Mikroskop optis digunakan untuk memperbesar gambaran yang nyata dari permukaan specimen yang yang telah mengalami etching, sehingga dapat dilihat secara jelas sekali struktur logam (specimen) yang pembesarannya bagi mikroskop optis ini lebih dari 50X sampai 400X. Jelas atau tidaknya gambar struktur yang diperoleh bergantung sekali baik kepala index pembesaran mikroskop dan numerical apertu lensa objective yang digunakan.
- Camera. Camera digunakan untuk memotret gambar struktur yang sedang terlihat dibawah mikroskop, sehingga camera ini harus dapat dipasang pada mikroskop untuk dapat melakukan pemotretan mikro struktur dengan mudah dan cepat.
Langkah-langkah yang harus ditempuh
untuk melakukan uji metallografi dari suatu specimen adalah
sebagai berikut:
- Pemotongan. Pemotongan specimen cukup dalam dimensi yang tidak terlalu besar (<10 x 10 x 10mm) dan tidak boleh terjadi panas berlebihan dalam proses pemotongan untuk menghindari rusaknya stuktur specimen tersebut akibat panas.
- Penyalutan (mounting). Karena benda kerja yang kecil sukar untuk dipegang pada proses penggerindaan dan pemolesan, maka perlu disalut lebih dahulu. Sebagai penyalut digunakan bahan thermoplastik, seperti resin. Bahan penyalut ini mencair pada temperature 150 oC.
No
|
Plastic
|
Type
|
Catatan
|
1
|
Phenolic ( contohnya Bakelit)
|
Thermosetting
|
Memerlukan pengontrolan panas dan
tekanan dengan secukupnya memberikan bahan pelarut dengan perlahan-lahan.
|
2
|
Diall phthalate (Prepolimer)
|
Thermosetting
|
Memerlukan pengontrolan suhu panas
antara 130o-140o tekanan, penyusutan rendah, dan
karakteristik polishing yang baik.
|
3
|
Phenolic varnish
|
Thermosetting
|
No
|
Plastic
|
Type
|
Catatan
|
4
|
Epoxy Resin (contohnya araldite)
|
Liquid various
|
Aratiide grade ialah suatu cairan tuangan resin yang memberikan
penyalutan yang baik tanpa panas dan tekanan, perlahan-lahan waktu
proses mounting.
|
5
|
Polyvinyl chloride
|
Thermosetting
|
Penyusutan rendah, lamban biasa
pelarut tetapi penyelesaian, dengan glacialacetic acai.
|
- Penggerindaan/pengamplasan. Proses ini menggunakan kertas amplas yang kasar sampai halus. Tingkat kehalusan kertas amplas ini ditentukan oleh ukuran serbik silicon carbida yang menempel pada kertas tersebut. Misalnya ada amplas yang memiliki tingkat kehalusan hingga 220, angka 220 menunjukkan bahwa serbuk silicon carbida pada kertas amplas itu bisa lolos dari ayakan hingga mencapai 220 lubang pada luas 1 inchi2 (sekitar 625 mm2). Untuk langkah pertama penggosokkan menggunakan amplas no. 400 dalam satu arah pada permukaan specimen yang akan diteliti keadaan strukturnya. Setelah itu menggosok kasar lanjutan permukaan specimen tersebut dengan kertas amplas no. 600 dengan arah lurus arah penggosokkan pertama (arah kedua), dilanjutkan penggosokan halus permukaan tersebut dengan amplas no. 800 dengan arah sama dengan arah pertama. Penggosokkan halus permukaan dengan amplas no. 1000 dan dilanjutkan no. 1200 dengan arah sama dengan arah penggosokkan kasar lanjut.
- Pemolesan. Benda uji yang telah melewati proses penggerindaan diteruskan ke proses pemolesan. Mesin yang digunakan adalah mesin poles metallografi. Mesin ini terdiri dari piringan yang berputar diatasnya diberi kain poles terbaik. Kain ini dikenal dengan kain selvyt (beludru). Cara pemolesannya, benda uji diletakkan diatas piringan yang berputar, kain poles diberi sedikit pasta oles. Pasta oles yang biasa digunakan adalah alumina (Al2O3). Dalam istilah perdagangan diberi nama autosol atau gama alumina. Bila garis-garis bekas amplasan masih terlihat, pemolesan diteruskan. Dan bila tampak sudah rata, specimen dibersihkan dan dilanjutkan dengan pengetsaan.
- Pengetsaan. Hasil pemolesan yang terakhir akan menghasilkan suatu laspisan yang menutupi permukaan struktur logam. Agar struktur mikro dapat terlihat dengan jelas dibawah mikroskop, lapisan tersebut harus dilarutkan (dihilangkan) dengan cara mengetsa. Mengetsa dalam kamus dapat diartikan sebagai proses pembuatan gambar atau ukiran pada pelat tembaga yang dilapisi lilin dengan benda tajam, kemudian membiarkan garis-garis yang diperoleh itu terkena korosi cairan asam. Hasil pemprosesan ini ialah etsa, yaitu untuk pemeriksaan makro dan mikro yang biasa dipakai dalam metallografi.
Bahan larutan yang digunakan untuk
etsa makro adalah:
- Hidrochoric, komposisinya 50% asam hydrochloric dalam air dengan suhu antara 70o-80oC dan waktu yang dibutuhkan 1 jam. Pemakaiannya untuk bahan baja dan besi.
- Sulphuric, komposisinya 20% asam sulphuric dalam air dengan suhu 80oC dan waktu yang diperlukan antara 10 hingga 20 detik. Pemakaiannya untuk bahan besi dan baja.
- Nitric, komposisinya 20% asam nitric dalam air, hanya saja nitric boleh dingin jika cocok. Pemakaiannya untuk bahan besi dan baja.
- Alcoholic feric chloride, komposisinya 96 cm3 ethyl alcohol, 59 gram feric chloride, dan 2 cm3 asam hydrochloric.
- Bahan etsa, komposisinya copper ammonium chloride 9 gram dan air 91 ml, specimen untuk baja. Waktu etsa lebih lama daripada etsa mikro struktur.
- Untuk mengetsa baja agar didapat hasil etsa yang dalam dan tebal lapisannya digunakan bahan etsa yang baik, yaitu hydrochloric acid (HCl) 140 ml, sulphuric acid (H2SO4) 3 ml, dan air 50 ml dengan waktu etsa antara 15 hingga 20 menit.
- Specimen alumunium atau campuran alumunium bahan etsa adalah hydroflorideacid (HF) 10 ml, nitrid acid (HNO3) 1 ml, dan air 200 ml, waktu pengetsannya sangat singkat dan karena itu, jika terjadi lapisan hitam yang tebal dapat dihilangkan dengan cara merendam pada asam nitrat (HNO3). Waktu pengetsaan ini lebih lama daripada etsa untuk mikro struktur.
Setelah melakukan pengetsaan, dapat
dilihat bagian mana yang bengkok atau mengambang dari serat (alur) benda kerja
tersebut. Macro test ini biasanya dilakukan pada benda yang
pembuatannya ditempa, dituang dan hasil pengerolan.
Bahan larutan yang digunakan untuk
etsa mikro adalah:
- Asam nitrat, komposisinya asam nitrat 2 ml dan alkohol 95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk bahan karbon, baja paduan rendah, dan baja paduan sedang. Waktu yang diperlukan beberapa detik sampai menit.
- Asam pikrat, komposisinya pikrat 4 gram, alkohol 95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk baja karbon dalam keadaan normal, dilunakan, dikeraskan (hardening) dan ditemper (tempering). Waktu pengetsannya sampai sampai beberapa detik sampai 1 menit.
- NH4OH H2O2, komposisinya NH4OH sebagai dasar dan H2O2 beberapa tetes. Pemakaiannya untuk bahan tembaga dan paduannya. Waktu pengetsannya sampai sampai bahan uji berwarna biru.
- Bahan etsa adalah natal 2%, yaitu 2 ml asam nitrat (HNO3) dan 98 ml methyl alkohol dalam waktu 10-30 detik.
- Bahan etsa menggunakan asam yang terdiri dari 10% ammonium ferisulfat, 25% ammonium acrocide NH4(OH), dan 65% larutan asam chroom dalam waktui 10-30 detik. Pemakaiannya untuk tembaga dan campurannya.
Cara mengetsa:
Setelah bahan uji melalui beberapa
tahapan, maka benda uji dapat langsung dietsa, caranya tempatkan asam yang akan
digunakan untuk mengetsa pada sebuah cawan, kemudian celupkan permukaan benda
uji pada asam tersebuit dengan waktu yang telah ditetapkan , lalu cuci dengan
air hangat (alkohol) untuk menghentikan reaksi. Lalu keringkan dengan udara
(kompresor).
Pengaruh etsa:
Etsa larutan kimia sangat
mempengaruhi bentuk permukaan benda uji. Dengan kata lain, baik tidaknya hasil
pengetsaan sedikit banyak dipengaruhi oleh larutan kimia untuk pengetsaan.
Setelah bahan uji dietsa, diatas seluruh permukaan benda uji akan tampak
garis-garis yang tidak teratur. Garis-garis yang tampak itu menunjukkan adanya
batas antar butir kristal logam tersebut.
Untuk memperjelas bentuk dan corak
butir-butir kristal yang berbeda jenisnya itu, bisa diamati dengan menggunakan
mikroskop. Dengan mikroskop ini kita bisa menunjukkan adanya perbedaan beberapa
elemen yang terkandung dalam bahan uji tersebut meskipun begitu, tidak semua
proses pengetsaan menghasilkan hasil etsaan yang memuaskan. Dengan kata lain,
dalam satu proses pengetsaan terkadang kita tidak berhasil mengetsa benda yang
kita uji. Terjadinya kegagalan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti :
- Benda kerja kotor karena terlalu lunak atau ada minyak.
- Pada waktu mencuci, benda kerja tidak bersih.
- Kurangnya waktu pengetsaan
- Terlalu lama waktu yang digunakan dalam pengetsaan.
- Salah memilih dan menggunakan cairan etsa (etcing reagent).
Mikroskop
Pada dasrnya, mikroskop terdiri dari
dua buah lensa positif. Lensa yang menerima sinar langsung dari
bendanya atau lensa dekat dengan benda yang akan dilihat disebut lensa objective,
sedangkan lensa yang dipasang dekat dengan mata disebut lensa okuler.
Pembesaran total oleh mikroskop ini
didefinisikan sebagai perbandingan antara tangen ”sudut buka bayangan akhir”
dan sudut ”buka tanpa menggunakan alat” pembesaran sebuah mikroskop biasanya
berkisar 50, 100, 200, 400, dan 1000 kali dari besar benda uji.
Perhitungan pembesaran
struktur mikro
Rumus dasar:
LOK
x LOB x FK x Ukuran Foto
Keterangan:
LOK = Lensa okuler (nilai
2,5)
LKB = Lensa objective/Lensa
yang dipakai mikroskop
FK = Faktor kamera
(nilai 1)
Ukuran foto 3R nilai 4
Contoh:
- LOB = 10 maka
perbesarannya ?
Perbesaran = LOK x LOB x FK x Ukuran
Foto
= 2,5 x 10 x 1 x 4 = 100 kali
- LOB = 40 maka
perbesarannya ?
Perbesaran = LOK x LOB x FK x Ukuran
Foto
= 2,5 x 40 x 1 x 4 = 400 kali
Alat Uji Metallografi
Adapun spesifikasi alat yang
digunakan untuk melakukan pengujian metallografi, adalah sebagai berikut:
Tyepiece
: NWF 10 X
Objective
: MSFX, MF 10 X, MF 20 X, MF 40 X.
Viewing Head : Binocular
body complete with interpupillary distance
Illuminator
: Koehler-type illuminator complete with aperture and field
diaphragms, filter slots and bulb cord. Uses EL-38 (8V, 15
W) tungsten filament bulb
Mechanical Stage : Graduated 150 x 160
mm in size 30 x 30 mm cross motion,
reading to 0,1by vernier. Provided with low
position stage controls.
Focusing Control : Stage height is adjustable by
the control knob and fixed by
locking knob. Fine controls are
workable in arrange of 2
mm.
Photo Mechanic
: Optical path selector for
visual abservation and
photography, built in reflecting
mirror and camera port.
Plarizing
Filters : Built in slideway, complete with analyzer,
rotatable
through 00-90, and polarizer filter.
Microscope Stand
: Inverrted stand, complete
with built in plane glass
reflector, built in power
supply transformer, variable light
intensity control, out put
sockets.
Color Filters
: Green
filters for visual abservation and monochromatic
film photography, and blue
filter for color photography.
Uji Impact Charpy
Tujuan uji impact charpy adalah
untuk mengetahui kegetasan atau keuletan suatu bahan (specimen) yang
akan diuji dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda yang akan
diuji secara statik. Dimana benda uji dibuat takikan terlebih dahulu sesuai
dengan standar JIS Z2202 dan hasil pengujian pada benda uji tersebut akan
terjadi perubahan bentuk seperti bengkokan atau patahan sesuai dengan keuletan
atau kegetasan terhadap benda uji tersebut.
Percobaan uji impact charpy dilakukan
dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda uji yang akan diuji
secara statik, dimana pada benda uji dibuat terlebih dahulu sesuai dengan
ukuran standar JIS Z2202. Adapun perlengkapan yang digunakan dalam
pengujian impact yaitu alat uji impact tipe charphy dan
benda uji (test specimen).
Mesin Uji Impact
Mesin uji bentur (impact)
yang digunakan untuk mengetahui harga impak suatu bahan yang diakibatkan oleh
gaya kejut pada bahan uji tesebut. Tipe dan bentuk konstruksi mesin uji bentur
beranekaragam mulai dari jenis konvensional sampai dengan sistem digital yang
lebuh maju.
Dalam pembebanan statis dapat juga
terjadi laju deformasi yang tinggi kalau bahan diberi takikan, maka tajam
takikan makin besar deformasi yang terkonsentrasikan pada takikan, yang
memungkinkan meningkatkan laju regangan beberapa kali lipat.
Patah getas menjadi permasalahan
penting pada baja dan besi. Pengujian impact charpy banyak
dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan. Benda uji takikan berbentuk V
yang mempunyai keadaan takikan 2 mm banyak dipakai. Permukaan benda uji
pada impact charpy dan izod dikerjakan
halus pada semua permukaan. Takikan dibuat dengan mesin freis atau
alat notch khusus takik. Semua dikerjakan menurut standar yang
ditetapkan (JIS Z2202).
Pada pengujian ini adalah suatu
bahan uji yang ditakikan, dipukul oleh pendulum (godam) yang mengayun. Dengan
pengujian ini dapat diketahui sifat kegetasan suatu bahan. Cara ini dapat
dilakukan dengan cara charpy atau cara izod. Pada
pengujian kegetasan bahan dengan cara impact charpy, pendulum
diarahkan pada bagian belakang takik dari batang uji. Sedangkan pada
pengujian impact cara izod adalah pukulan
pukulan pendulum diarahklan pada jarak 22 mm dari penjepit dan takikannya
menghadap pendulum.
Prinsip Dasar mesin Uji Impact
Bila pendulum dengan berat G dan
pada kedudukan h1 dilepaskan, maka akan mengayun sampai
kedudukan fungsi akhir 4 pada ketinggian h3 yang juga hamper
sama dengan tinggi semula h1 dimana pendulum mengayun bebas.
Pada mesin uji yang baik, skala akan menunjukkan usaha lebih dari 0,05 kilogram
meter (kg m), pada saat pendulum mencapai kedudukan 4.
Bila batang uji dipasang pada
kedudukannya dan pendulum dilepaskan, maka pendulum akan memukul batang uji dan
selanjutnya pendulum akan mengayun sampai kedudukan 3 pada ketinggian h2.
Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau usaha yang diserap
benda uji sampai patah yaitu:
Dan dapat juga dengan menggunakan
persamaan berikut:
Dimana :
W1
= Usaha yang dilakukan (kg m).
G
= Berat pendulum (kg).
h1 =
Jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m).
Λ
= Jarak lengan pengayun (m).
cos α = Sudut posisi awal
pendulum.
Sedangkan sisa usaha setelah
mematahkan benda uji adalah sebagai berikut.
dan dapat juga dengan menggunakan
persamaan berikut:
Dimana :
W2 =
Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m).
G
= Berat pendulum (kg).
h2
= Jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m).
λ
= Jarak lengan pengayun (m).
cos β = Sudut
posisi akhir pendulum.
Besarnya usaha yang diperlukan untuk
memukul patah benda uji adalah:
dan dapat juga dengan menggunakan
persamaan berikut:
Dimana :
W
= Usaha yang diperlukan mematahkan benda
uji (Kg m).
W1 =
Usaha yang dilakukan (Kg m).
W2 =
Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (Kg m).
G
= Berat pendulum (Kg).
λ
= Jarak lengan pengayun (m).
cos α = Sudut posisi awal
pendulum.
cos β = Sudut posisi
akhir pendulum.
dan besarnya harga impact dapat
digunakan persamaan berikut:
Dimana
: K = nilai impact (Kg
m/mm2)
W= Usaha yang diperlukan mematahkan
uji (Kg m)
Ao= Luas penampang
dibawah tatikan (mm2)
Alat Uji Impact Tipe Charpy Kapasitas
85 Joule
Alat uji impact tipe charpy seperti
pada gambar 2.3 dan 2.4 merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk mengukur
kegetasan dan keuletan pada benda uji dengan standar JIS Z2202. Berat pendulum
yang digunakan pada alat uji impact tipe charpy ini
8 kg dean panjang lengan pengayun 600 mm. Pada alat ini menghasilkan besar
energi (W1) pada setiap sudut waktu mematahkan benda uji dan sisa
usaha (W2) setelah mematahkan benda uji.
Adapun spesifikasi alat uji impact tipe charpy ini
adalah sebagai berikut :
Tipe alat uji
: Charpy
Kapaditas
: 85 J
Berat go0dam
(pendulum)
: 8 Kg
Jarak titik ayun dengan titik pukul
: 600 mm
Posisi awal pemukulan
:
140o
Sudut pisau pemukul
: 30o
Dimensi alat uji
: 750 x 400 x 1000 mm
Standar bahan uji
: Alumunium
Alat uji impact tipe charpy ini
mempunyai beberapa bagian-bagian utama yang terdiri dari :
-
Badan alat uji impact
-
Pendulum
-
Lengan pengayun
-
Poros pengayun
- Bearing
-
Tempat benda uji
-
Busur derajat dan jarum penunjuk
-
Pisau pemukul
Bagian-bagian alat uji impact tipe charpy tersebut
saling mendukung dan saling melengkapi sastu sama lain dalam penggunaan alat
uji tersebut. Penjelasan dari masing-masing bagian-bagian alat uji impact tipe charpy adalah
sebagai berikut:
a. Badan alat uji impact
Badan alat uji impact terbuat
dari baja profil U 70 x 40 mm dengan tebal baja 5 mm. Sedangkan dimensi dari
badan alat uji impact ini adalah 750 x 100 x 1000 mm. Proses
pengerjaan yang dilakukan dalam pembuatan badan alat uji impact ini
adalah proses penyambungan atau proses pengelasan. Badan alat uji impact berfungsi
sebagai tempat dudukan dari bearing dan tempat benda uji.
Berikut ini adalah gambar badan alat uji impact tipe charpy.
b. Pendulum
Pendulum berfungsi sebagai beban
yang akan diayunkan ke benda uji dan juga terdapat pisau pemukul untuk
mematahkan benda uji. Pendulum terbuat dari baja pelat silinder Ø 230 x 30 mm
dengan berat 8 kg. Pada bagian atas pendulum dihubungkan ke bagian lengan
pengayun dengan cara dilas.
c. Lengan pengayun
Lengan pengayun berfungsi untuk
meneruskan gerakan ayunan dari poros ke pendulum. Legan pengayun ini terbuat
dari baja silinder Ø 20 x 600 mm, pada bagian atasnya dihubungkan ke poros
dengan dilas dan pada bagian bawahnya dihubungkan ke pendulum dengan cara
dilas.
d. Poros pengayun
Poros pengayun berfungsi sebagai
penerus ayunan dari bearing ke lengan pengayun dan pendulum.
Poros pengayun terbuat dari baja silinder Ø 25 x 450 mm. Pada bagian ujung
kanan dan kirinya dihubungkan ke bearing dan pada bagian
tengahnya dihubungkan ke lengan pengayun dengan cara dilas.
e. Bearing
Bearing berfungsi sebagai pengayun poros. Bearing yang
digunakan adalah bearing dengan ukuran diameter dalam atau
diameter poros 25 mm. Bearing ditempatkan pada bagian atas
kiri pada badan alat uji impact dengan cara dibaut.
f. Tempat benda uji
Tempat benda uji berfungsi sebagai
tempat diletakannya benda uji yang akan dilakukan pengujian. Tempat benda uji
ini terbuat dari baja profil U 70 x 40 mm dengan tebal 5 mm. Tempat benda uji
dilas menyatu dengan badan alat uji impact.
g. Busur derajat dan
jarum penunjuk
Busur derajat berfungsi sebagai alat
prngukur atau alat baca dari hasil pengujian. Jarum penunjuk berfungsi untuk
menunjukan angka pada busur derajat yang merupakan hasil dari pengujian. Jarum
penunjuk dihubungkan dengan poros pengayun dengan dibaut, sehingga arahnya sesuai
dengan arah ayunan poros pengayun.
h. Pisau pemukul
Pisau pemukul berfungsi untuk
memukul benda uji yang telah dibuat takikan, posisi pisau pada saat akan
memukul adalah dibelakang kakikan benda uji. Bahan pisau pemukul ini harus
lebuh keras dari benda yang akan diuji dan sudut pemukul pisau adalah 30
derajat.
Besar
Sudut
a
|
Energi
(W1)
(Kg.m)
|
Energi
(W1)
(J)
|
100
|
0,0768
|
0,768
|
200
|
0,292
|
2,92
|
300
|
0,6432
|
6,432
|
400
|
1,1232
|
11,232
|
500
|
1,7184
|
17,184
|
600
|
2,4
|
24
|
700
|
3,1584
|
31,584
|
800
|
3,9667
|
39,667
|
900
|
4,8
|
48
|
1000
|
5,6332
|
56,332
|
1100
|
6,4416
|
64,416
|
1200
|
7,2
|
72
|
1300
|
7,8816
|
78,816
|
1400
|
8,4768
|
84,768
|
Besar
Sudut
b
|
Sisa
Usaha (W2)
(Kg.m)
|
Sisa
Usaha (W2)
(J)
|
100
|
0,0768
|
0,768
|
150
|
0,168
|
1,68
|
200
|
0,292
|
2,92
|
250
|
0,4512
|
4,512
|
300
|
0,6432
|
6,432
|
350
|
0,8688
|
8,688
|
400
|
1,1232
|
11,232
|
450
|
1,4064
|
14,064
|
500
|
1,7184
|
17,184
|
550
|
2,0496
|
20,496
|
600
|
2,4
|
24
|
650
|
2,7744
|
27,744
|
700
|
3,1584
|
31,584
|
750
|
3,5616
|
35,616
|
800
|
3,9667
|
39,667
|
850
|
4,3824
|
43,824
|
900
|
4,8
|
48
|
950
|
5,2176
|
52,176
|
1000
|
5,6332
|
56,332
|
1050
|
6,0384
|
60,384
|
1100
|
6,4416
|
64,416
|
1150
|
6,8256
|
68,256
|
1200
|
7,2
|
72
|
Besar
Sudut
b
|
Sisa
Usaha (W2)
(Kg.m)
|
Sisa
Usaha (W2)
(J)
|
1250
|
7,5504
|
75,504
|
1300
|
7,8816
|
78,816
|
1350
|
8,1936
|
81,936
|
1370
|
8,3088
|
83,088
|
Pengujian Impact Charpy
Benda uji yang akan diuji pada alat
uji impact tipe charpy ini harus dibuat
dengan standar yang telah ditetapkan yaitu JIS Z2202. Adapun langkah-langkah
pengujian impact tipe charpy ini adalah
sebagai berikut :
- Meletakan benda uji ditempat benda uji pada alat uji impact. Penenmpatan benda uji harus benar-benar pas berada pada posisi tengah-tengah dimana pisau pada pendulum berada pas sejajar dengan takikannya tersebut
- Menyetel posisi jarum pada 0 derajat
- Mengangkat pendulum sejauh 140o dengan cara memutar berlawanan arah jarum jam secara perlahan-lahan
- Melepaskan pendulum untuk mengayun dan mematahkan benda uji
- Lihat dan catat hasil data yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada busur derajat
- melakukan perhitungan dari dat pengujian yuang telah diperoleh, yaitu menghitung besarnya usaha (W) dan harga impact (K) dengan menggunakan persamaam berikut:
Dimana:
W
= Besarnya usaha untuk
mematahkan benda uji (kg m).
G
= Berat pendulum (godam)
yang digunakan (kg).
λ
= Panjang lengan pengayun.
cos β = Sudut
awal pendulum terhadap benda uji.
cos α = Sudut
akhir pendulum terhadap benda uji.
Dimana :
K = Nilai impact (Kg
m/mm2).
Ao = Luas penampang
dibawah tatikan (mm2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar